Cari di Blog ini

11/20/2018

ASD (ATRIAL SEPTAL DEFEK)

I. STUDI KEPUSTAKAAN


Atrial Septum Defek (ASD)

Definisi

Lubang yang abnormal antara atrium menyebabkan aliran darah dari tekanan tinggi atrium kiri menuju ke tekanan lebih rendah atrium kanan (Wong, 2003)


Kerusakan antara kedua ruang atas jantung (atrium) dimana menyebabkan percampuran darah beroksigen dengan yang tidak (www.singhealth.com)

Klasifikasi

Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 type, yaitu :


Ostium Primum (ASD 1)

Defek terjadi dibawah/akhir dari pada septum. Dapat dihubungkan dengan kelainan katup mitral.



Ostium Sekundum (ASD 2)

Defek terjadi dekat pertengahan septum/ terletak pada daerah fosa ovalis.



Sinus Venosus Defek

Defek terletak di antara vena kava superior/inferior dan atrium kanan. Bisa dihubungkan dengan gangguan sebagian penghubung vena pulmonal.


Patofisiologi

Tekanan pada atrium kiri lebih tinggi daripada atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari kiri ke kanan atrium. Ini menyebabkan peningkatan darah yang teroksigenisasi pada jantung kanan. Walaupun perbedaan tekanan yang terjadi rendah, kecepatan aliran tinggi bisa terjadi karena resistensi pembuluh darah pulmonal yang rendah dan distensi lebih besar pada atrium kanan. Volume darah yang masuk bisa ditoleransi oleh ventrikel kanan karena aliran darah yang masuk lebih rendah dibandingkan pada defek septum ventrikel (VSD). Meskipun terdapat dilatasi atrium dan ventrikel kanan, gagal jantung jarang ditemukan pada ASD uncomplicated. Perubahan pada pembuluh darah pulmonal terjadi hanya jika ASD tidak diperbaiki dalam rentang puluhan tahun.

Etiologi

ASD merupakan penykit congenital, terjadi bila ada kesalahan dalam jumlah absorbsi atau proliferasi jaringan selama perkembangan embriologi pada minggu ke-empat sampai minggu ke-enam kehamilan, maka dapat terjadi defect.

Manifestasi Klinik

Penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik) pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung. Terdapat bunyi murmur yang spesifik. Selain itu pasien beresiko mengalami aritmia karena terjadi pembesaran dan peregangan otot jantung, kerusakan pembuluh darah pulmonal, dan emboli pada tahap lanjut akibat dari peningkatan aliran pulmonal.

Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas hilang timbul (tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat berupa sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar.

Pemeriksaan Fisik

Dispneu (kesulitan dalam bernafas)


Sesak nafas ketika melakukan aktivitas


jantung berdebar-debar (palpitasi)


Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali tidak ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan


Aritmia

Pada auskultasi:


Bunyi jantung dua yang terpisah, lebar dan menetap


Bunyi jantung dua komponen pulmonal mengeras bila ada hipertensi pulmonal


Bising sistolik ejeksi yang halus disela iga 2 parasternal kiri


Bising mid diastolic yang bertambah keras pada inspirasi di daerah katup tricuspid akibat aliran yang deras.


Bising pansistolik mitral insufisiensi di daerah apeks bila terdapat celah pada katup mitral (pada ASD primum) atau penyulit prolaps katup mitral (pada ASD sekundum).

Pemeriksaan Diagnostik

Elektrokardiogram
Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD Secundum; RBBB,RVH. EKG menunjukkan adanya fibrilasi atrium atau pembesaran atrium kanan


Foto roentgen thoraks


Echocardiogram


TEE


Kateterisasi

Terapi Medis

Bila pemeriksaan klinis dan elektrokardiografi sudah dapat memastikan adanya defek septum atrium, maka penderita dapat diajukan untuk operasi tanpa didahului pemeriksaan kateterisasi jantung. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal dan penyakit vaskuler paru, serta pada kateterisasi jantung didapatkan tahanan arteri pulmonalis lebih dari 10U/m² yang tidak responsif dengan pemberian oksigen 100%, maka penutupan defek septum atrium merupakan indikasi kontra.

Tindakan operasi

Indikasi operasi penutupan ASD adalah bila rasio aliran darah ke paru dan sistemik lebih dari 1,5. Operasi dilakukan secara elektif pada usia pra sekolah (3–4 tahun) kecuali bila sebelum usia tersebut sudah timbul gejala gagal jantung kongaestif yang tidak teratasi secara medikamentosa. Defect atrial ditutup menggunakan patch


Tanpa operasi

Lubang ASD dapat ditutup dengan tindakan nonbedah, Amplatzer Septal Occluder (ASO), yakni memasang alat penyumbat yang dimasukkan melalui pembuluh darah di lipatan paha. Meski sebagian kasus tak dapat ditangani dengan metode ini dan memerlukan pembedahan. Amplatzer septal occluder(ASO) adalah alat yang mengkombinasikan diskus ganda dengan mekanisme pemusatan tersendiri (self-centering mechanism). Ini adalah alat pertama dan hanya menerima persetujuan klinis pada anak dan dewasa dengan defek atrium sekundum (DAS) dari the United States Food and Drug Administration (FDA US). Alat ini telah berhasil untuk menutup defek septum atrium sekundum, patensi foramen ovale, dan fenestrasi fontanella.

DAFTAR PUSTAKA


Behrman et al. (1996). Nelson Textbook of Pediatrics. 15 th ed. United States: WB Saunders Company

Brunner&Studdart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Carpenito. (2000). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Gray et al. (2002). Lecturer Notes: Kardiologi. Jakarta: 2005

Wong et al. (2003). Nursing Care of Infants and Children. Missouri: Mosby

Woods et al. (2005). Cardiac Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Seorang perawat di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita sejak 2008. Lulus Pendidikan Kardiovaskuler Dasar Tahun 2009, Kardiovaskuler Lanjutan Tahun 2016. Saat ini bekerja di Unit ICU Bedah Jantung.